Panah-panah tajam yang kau lesatkan
Seolah kita tak pernah menghirup udara yang sama
Entah sudah berapa banyak celaan
Mengikut di tengah cameo-cameo itu
Bukankah dulu engkau bilang “tunggu”?
Saat hendak kutaruh jari di atas sosok-sosok itu
Engkau merayu berkata “duduk saja membisu”
“Jangan kau turut jiwa-jiwa yang palsu
penikmat mimbar kehormatan tak kenal waktu”
Lihat dirimu sendiri!
Tak malu engkau merangkak di antara ambisi
Malah engkau puja-puji
Amnesiakah engkau?
Duduk saja sendiri dan nikmati
Lenggangku tak patut kau panggil kembali