Pap Smear? Siapa Takut! (Deteksi Dini Kanker Serviks)

image

Saya akui, tiada hari saya lewati tanpa membuka situs sosial media seperti Facebook. Meski hanya beberapa menit, saya selalu mengecek notifikasi yang masuk di akun pribadi saya. Maklumlah, saat ini saya sedang berusaha menekuni dunia kepenulisan. Yah, meski baru amatiran alias baru terbit satu buah buku antologi dan beberapa artikel di media cetak. Cukup lah untuk semakin memicu semangat saya menerbitkan sebuah buku solo *sebuah impian di awang-awang. I’m dare to dream. Hihi..

Suatu saat, lewatlah sebuah link website yang mengupas tentang kanker serviks di Facebook saya. Iseng saya buka dan membacanya. Astaghfirullaah! Lha kok ada beberapa gejala yang sama seperti yang saya alami, seperti nyeri perut bagian bawah. Sebelumnya saya sempat memeriksakan diri ke dokter dan dinyatakan bahwa saya mengalami maag serta gangguan usus. Saat itu saya diberikan beberapa macam obat dan direkomendasikan untuk USG. Nyeri perut bawah sebelah kanan berhubungan dengan gangguan pada usus, kista/miom serta gangguan pada rahim. Nyerinya memang cukup mengganggu sehingga praktis saya harus rehat sejenak. Namun hasil USG menunjukkan bahwa rahim saya dalam keadaan sehat wal afiat. Alhamdulillah.. Saya sempat khawatir karena ibu terkena miom sehingga terpaksa harus diangkat rahimnya. Sedangkan adik perempuan ibu meninggal karena kanker payudara. Bisa dibayangkan kekhawatiran saya saat mendapati bahwa beberapa gejala kanker serviks juga saya alami. Pikiran saya melayang entah ke mana. Kekhawatiran harus menjalani pengobatan yang lama dan membutuhkan biaya yang sangat banyak membuat pikiran semakin kalut. Terlebih melihat anak-anak yang masih sangat kecil semakin membuat terharu. Betapa lemahnya manusia itu.

Alhamdulillah, suami memberi dorongan positif. Belum tentu yang saya rasakan itu gejala kanker serviks. Ah, benar juga. Kenapa saya jadi berprasangka negatif begini? Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan pap smear. Suatu hal yang tidak pernah saya pikirkan sama sekali. Namun saat mengingat seorang teman yang meninggal dalam usia muda karena kanker serviks, saya bulatkan tekad. Bayangan mengerikan pap smear mengalahkan tekad saya untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala kanker leher rahim sejak dini. Dengan harapan, semakin dini terdeteksi insyaallaah pengobatan akan lebih ringan. Kegugupan saya meghadapi pap smear melebihi kegugupan saat ujian skripsi atau menghadapi kelahiran anak pertama. Saya gugup prosesnya, dan saya pun gugup menghadapi hasilnya. Saya sadar sepenuhnya bahwa semua takdir adalah sebaik-baik ketentuan Allah Ta’ala. Saya banyak-banyak berdo’a kepada Allah, karena Dia adalah sebaik-baik Dzat yang mampu mengubah nasib hamba-Nya jika kita berdo’a dengan sungguh-sungguh.

Saya memilih melakukan pap smear di Prodia. Berdasarkan informasi, pap smear di Prodia atau di laboratorium lebih bagus dan akurat karena menggunakan metode sistologi berbasis cairan sehingga pengambilan sampel akan lebih lengkap. Sedangkan pap smear dengan metode lama membutuhkan keakuratan dari paramedis yang mengambil sampel. Harga untuk pap smear di Prodia ada dua macam. Saya tidak mengerti bedanya apa. Namun saat itu saya meminta pap smear yang untuk mendeteksi adanya kanker serviks. Oleh petugas, saya diminta mengambil pap smear lengkap seharga 370 ribu. Wah, mahal juga ya! Tapi dibanding pengobatan kanker yang mencapai ratusan juta rupiah, harga itu tentu sangat jauh tidak ada artinya (siap merogoh kocek dalam-dalam setiap tahun).

Proses pap smear sebenarnya tidak begitu sakit asalkan rileks. Petugas akan menyuruh kita menarik napas dalam-dalam. Untuk menyiasati kegugupan, saya banyak berbincang dengan petugas yang tentu saja perempuan. Saya juga tidak melirik sama sekali alat untuk pap smear (you know what it is). Alat di Prodia untuk pap smear ini sekali pakai, jadi tidak perlu khawatir. Untuk prosesnya kita bisa membayangkan rasanya USG transvaginal atau pemeriksaan saat pembukaan menjelang melahirkan. Yah, kira-kira rasanya seperti itu ya. Tidak sakit, kan?

Kanker serviks dipicu oleh infeksi virus HPV. Sebagian besar penderita mengalami gejala nyeri perut bawah di luar fase menstruasi, pendarahan setelah berhubungan seksual, keputihan patologis (gatal, berwarna kuning/hijau, berbau), bengkak pada paha, cepat lelah, penurunan nafsu makan dan nyeri saat buang air kecil. Namun tidak jarang pula penderita kanker serviks tidak mengetahui bahwa dirinya terinveksi karena ketidakmunculan gejala. Sehingga saat timbul gejala, kanker sudah mencapai stadium lanjut. Beberapa teman mengisahkan bahwa kenalan mereka menderita kanker tanpa gejala awal dan saat memeriksakan diri ternyata sel kanker sudah mencapai stadium III dan harus berobat ke Singapura dengan biaya ratusan juta rupiah. Jadi, untuk kita yang merasa tidak memiliki biaya sebesar itu, pap smear adalah salah satu cara pencegahan kanker seviks paling murah selain vaksinasi HPV. Tentu saja, jangan lupa bahwa penyakit adalah ciptaan Allah sehingga hanya kepada Allah saja kita harus meminta perlindungan, kesehatan serta kesembuhan dari segala penyakit yang mungkin kita derita.

Penyebab kanker serviks bermacam-macam, mulai dari berganti-ganti pasangan, memakai celana ketat sehingga memicu keputihan, keputihan berkepanjangn, pengobatan Infeksi Saluran Kencing (ISK) yang tidak tuntas dan berbagai penyebab lain yang berhubungan dengan infeksi organ kewanitaan serta leher rahim. Sewaktu hamil memang saya pernah mengalami ISK namun sudah diobati dengan antibiotik. Saat itu gejala sudah hilang, namun beberapa waktu kemudian timbul kembali. Saat itu saya hanya banyak minum air putih, air kelapa serta makan buah blueberry sesuai dengan referensi yang (lagi-lagi) saya dapatkan dari mbah Google. Ketakutan membawa janin dalam rahim membuat saya saat itu seminimal mungkin meminum obat. Besar dugaan saya nyeri perut yang saya alami selain karena faktor kelelahan, mungkin dari ISK yang belum tuntas pengobatannya.

Sekitar satu pekan kemudian hasil pap smear sudah saya dapatkan. Prodia mengirimkan SMS yang mengabarkan bahwa hasil tes saya bisa diakses di web https://hasil.prodia.co.id. Fasilitas ini sangat memudahkan member Prodia untuk mengakses hasil tes mereka, karena semua hasil tes yang pernah dilakukan di Prodia tersimpan lengkap di database yang bisa diakses bahkan dicetak setiap saat karena berbentuk PDF sesuai print out aslinya. Hanya saja untuk hasil pap smear masuk dalam kategori lampiran sehingga tidak tersimpan di web. Alhamdulillah, untuk hasil pap smear saya negatif alias tidak terdapat lesi maupun keganasan yang menunjukkan adanya infeksi kanker serviks. Insyaallah, tahun depan saya merencanakan untuk pap smear kembali.

image

Hasil tes pap smear

So ladies, don’t worry. If beauty is pain, pap smear is also pain too. *Hihi.. kidding

Ayo, pap smear dan ajak semua wanita untuk pap smear karena alasan banyak event pap smear digratiskan karena berdasar data dari Yayasan Kanker Indonesia, kanker serviks sudah menyerang sekitar 20 orang wanita Indonesia setiap harinya (Globocan, 2008) dan menjadi penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia. Jangan lupa, gaya hidup sehat juga berperan penting untuk mencegah kanker serviks. Simak kultwit saya via @dewi_aps tentang gejala, penyebab serta pencegahan kanker serviks. Tunggu apa lagi? Yuk, pap smear!

3 pemikiran pada “Pap Smear? Siapa Takut! (Deteksi Dini Kanker Serviks)

    • Salam kenal juga, mba. Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya, mba. Pasti menyenangkan kalau bisa sharing dengan ibu-ibu di sana, ya.. Sayangnya saya tinggal di Bumiayu. Ke Purwokerto hanya kalau ada keperluan mendesak saja karena ada baby juga. Tapi barangkali nanti saya bisa minta bantuan teman di Purwokerto, nanti saya infokan lagi, mba. Mohon maaf.

Tinggalkan Balasan ke kettyhusnia Batalkan balasan