Bercerita soal proses homeschooling Ashima yang super duper sederhana, saya tidak menargetkan yang muluk-muluk. Semua proses kami lewati dengan santai namun diusahakan tercapai. Homeschooling kami lebih banyak bermain.
Kegiatan yang sifatnya serius hanya saat membaca Iqra’. Memang untuk belajar hijaiyyah selain melalui flashcard dan game, saya membiasakan Ashima memakai buku iqra’. Metode yang dipakai buku Iqra’ mudah diikuti anak-anak. Selain itu, saya membiasakan Ashima memakai buku agar peralihan ke jilid 2 mudah dan kelak dia akan terbiasa dengan Al-qur’an. Saat ini dia baru masuk jilid 2. Mungkin tergolong lambat, karena saya mengajari membaca hijaiyyah sudah selama 4 bulan. Maklum, saya hanya mengajarinya saat dia sedang mood membaca saja. Saya tidak pernah memaksanya, paling banter saat dia malas saya berkata, “Mbak Ashima mau cepat bisa membaca Al-Qur’an nggak? Nanti kalau sudah bisa membaca Al-Qur’an boleh milih sendiri di toko.”
Selain membaca hijaiyyah, hal lain yang menjadi target saya adalah hafalan surat Al-Qur’an. Tidak ngoyo, karena bagi saya yang utama dia hafal surat-surat pendek yang ada dalam dzikir pagi-petang seperti Ayat Kursi, Al-ikhlash, Al-falaq dan An-naas. Jadi saat pagi dan petang datang, saya biasa menyuruhnya berdzikir sendiri. Surat lain yang sudah dihafal Ashima adalah Al-fatihah, Al-lahab, Al-kautsar dan al-kaafiruun. Yang baru berjalan saat ini adalah An-Nashr. Semoga Allah mudahkan kami mendidik anak-anak menjadi penghafal dan pecinta Al-Qur’an. Aamiin yaa mujabassailiin..
Penting pula bagi anak-anak untuk dibiasakan membaca do’a harian yang sering digunakan. Do’a pertama yang sebaiknya diajarkan pada anak adalah doa saat mendapat nikmat dan setelah bersin yaitu “alhamdulillaah” dan do’a saat hendak makan, wudhu maupun melakukan amal baik yaitu “bismillaah” karena sangat pendeknya sehingga mudah dihafal. Do’a lainnya yang sudah dikuasai Ashima adalah: do’a setelah makan, saat hujan, berpakaian, do’a untuk orang sakit, do’a hendak tidur dan bangun tidur, do’a keluar rumah, do’a untuk orang tua serta do’a untuk diri sendiri.
Kegiatan calistungnya pun masih sangat sederhana. Baca tulisan latin baru dalam tahap menghafal alfabet A-Z, membaca suku kata “a-na”, menghafal angka 1-20. Untuk menghitung baru sampai tiga puluh. Sedangkan penambahan baru sampai lima belas. Untuk proses menulis, Ashima masih malas-malasan. Tidak saya paksakan, hanya terus saya sodori kertas saja. Hehe.. Dia lebih tertarik menggambar daripada menurut garis. Mewarnai juga tanpa semangat. Biar saja lah, semua ada masanya.
Untuk sensori, lebih banyak mengarah ke sensori kasar. Maklum saja, anaknya tomboi. Ada saja aktifitas fisik yang dilakukan seperti melompat atau memanjat. Sensori halusnya berkembang sangat baik, alhamdulillaah. Sejak usia 3 tahun dia sudah bisa menggunting mengikuti pola atau membentu objek. Latihan menggunting pertama kali saya membelikannya gunting plastik yang hanya bisa dipakai untuk menggunting kertas tipis (itupun dengan usaha sangat keras. Hihi..). Ajari anak memegang dan menggerakkan gunting dengan benar sehingga nantinya saat memegang gunting sebenarnya tidak akan melukai tangannya.
Berikut galeri homeschoolingnya yang sempat terdokumentasi. Sebagian saya upload di instagram: @dewi_aps.
Keren mak…homeschooling yang menyenangkan dan inspiratif
Makasih mak, tapi ini jauh dari kata keren karena masih terseok-seok membagi waktu. Jadinya ya begini saja mak, ala kadarnya ^^
Waaaa senengnya liat Ashima semangat belajar
*namanya mengingatkan pada novel Assalamualaikum, Beijing :)
Haa? Iyakah mak? Wah, padahal saya belum pernah membaca novel itu sama sekali. Hehe.. Tapi Ashima juga masih moody kok, mba ^^