Menatapmu lurus
menelisik gurat-gurat halus di balik jemari tanganmu
menyipit mata akan kerut-kerut jelas di teduh wajahmu
entah berapa masa aku lewatkan darinya
hingga jika tak menengok tak kuasa kubuka mata
Terlalu silau aku akan dirimu
yang berdiri tegak bagai ratu
kokoh tak bergeming seolah memiliki kuasa
hingga terkesima aku menghembus padamu
lagi… aku yang selalu congkak mengabaikanmu
karena kupikir engkau ada selalu
saat aku berhembus keras mempertahankan asaku
dan mencoba menggoyahkanmu…
ibu…
bilangan waktu itu tak akan kembali bukan?
masa ketika engkau lincah mengiringi langkahku
yang tinggal hanya kuyu
membuatku kehilangan suatu sudut itu
karena aku berharap engkau selalu di sisi
tak peduli bahwa ternyata tangan, mulut, kaki dan hati ini selalu melukai
Apakah mungkin anginku terlalu keras berhembus?
hingga ranting-rantingmu berderit kencang
tapi aku masih saja berhembus
mengabaikan daun-daunmu yang berguguran satu per satu
maaf…
maaf…
dan terima kasih…
cintaku tak hanya sepanjang badan
karena cintamu pun tak hanya sepenggalah
Bmy, 12 Januari 2015