rubrik perempuan suara merdeka

Bekerja = Berhenti Menyusui?

Suatu hari saya menjenguk seorang kerabat suami yang baru saja melahirkan anak laki-laki yang tampan. Saya begitu antusias menemuinya karena ingin mengajaknya berbagi cerita tentang suka cita menjadi ibu baru. Saya bercerita dengan antusias tentang pentingnya momen Inisiasi Menyusui Dini (IMD) juga tentang nutrisi ASI yang luar biasa. Saya sendiri tidak bisa melakukan IMD dan si kecil sempat meminum susu formula karena tenaga kesehatan di tempat saya melahirkan tidak sabar menunggu ASI saya keluar. Oleh karena itu, setiap bertemu ibu baru saya selalu ingin mendorong mereka untuk terus memberikan ASI bagi buah hatinya.
Saat bayi kecil itu menangis, saya begitu kecewa karena ternyata sang ibu bukannya memberikan ASI namun justru meminta neneknya untuk membuatkan susu formula. Akhirnya bayi mungil itu harus rela meminum susu dari gelas kecil padahal sang ibu memiliki ASI yang melimpah. Sang ibu adalah seorang wanita karir dan beberapa minggu kedepan memang harus meninggalkan bayinya dengan sang nenek. Dia berencana ingin memberikan ASI dan susu formula dengan bergantian. Namun sungguh disayangkan saat dia memiliki waktu menyusui bayinya, justru susu formula yang diberikannya.
Fenomena ibu yang lebih memilih memberikan susu formula daripada ASI memang tidak sedikit di Indonesia. Bukan hanya ibu bekerja, ibu rumah tangga pun ada yang enggan memberikan ASI secara penuh terutama di malam hari. Alasannya bermacam-macam, mulai dari tidak praktis, takut payudara kendor, capek, hingga “Toh nanti juga ditinggal kerja.”
Manfaat Menyusui
ASI merupakan sumber makanan bayi yang paling sempurna baik kuantitas maupun kualitasnya (Utami Roesli, 2000). Jika saat ini para orangtua “tergila-gila” memberikan suplemen atau susu formula yang mengandung AA dan DHA, maka ASI sudah mencakup keduanya. ASI juga mengandung Asam Amino berupa Tyrosine dan Triptophan yang berfungsi sebagai penghantar rangsang syaraf atau neurotransmitter. Asam Amino adalah nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan fungsi dan sel otak, melindungi anak dari infeksi, mengendalikan perilaku, emosi serta membantu meningkatkan konsentrasi anak.
Zat lain dalam ASI adalah taurin, arachidonic acid (AA), decosahexanoic acid (DHA) serta Sialic Acid (SA). AA dan DHA bermanfaat untuk ketajaman penglihatan dan kecerdasan otak.  Sedangkan SA sangat berguna untuk kecepatan belajar dan daya ingat. ASI juga mengandung Sphyngomyelin yang berfungsi dalam kecepatan hantar rangsang syaraf. Kecepatan hantar rangsang syaraf berbanding lurus dengan kecerdasan serta kecepatan proses berpikir. Gangliosida (GA) adalah zat lain dalam ASI yang dibutuhkan dalam pemrosesan dan penyimpanan informasi. ASI mengandung vitamin, mineral, FOS dan Prebiotik yang sangat berguna sebagai sumber energi sel – sel otak dan aktivitas sel.

ASI lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan dengan susu sapi karena memiliki perbandingan Whey dan Casein yang seimbang. Sedangkan dalam susu sapi perbandingan Whey dan Casein adalah 20 : 80. Penyerapan sempurna tersebut menjadikan bayi ASI memiliki tubuh yang padat berisi. Kolostrum dalam ASI juga berfungsi untuk melumpuhkan bakteri E-colli sehingga bayi tidak mudah diare. Tidak seperti susu formula, ASI selalu tersedia sehingga mudah diberikan,dan selalu dalam suhu yang tepat untuk disusukan kepada bayi.

ASI mengandung semua vitamin dan mineral kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI juga menghemat banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membeli makanan bayi selama 6 bulan pertama. Menyusui juga memberikan banyak manfaat bagi ibu. Bayi mengisap payudara akan menyebabkan kontraksi tepat setelah lahir sehingga mengurangi perdarahan pasca persalinan. Menyusui akan membantu rahim kembali ke bentuk sebelum hamil dengan lebih cepat. Menyusui membantu membakar kalori, sehingga seorang ibu bisa menurunkan berat badan lebih cepat daripada jika dia meberikan susu formula kepada bayinya. Menyusui juga akan menciptakan ikatan khusus antara ibu dan bayi.
Aktivitas menyusui merupakan momen yang sangat berharga untuk membentuk dan memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi. Meyusui mengurangi resiko stres, menambah rasa keibuan serta meningkatkan kelekatan terhadap bayi. Menyusui juga memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya lebih lama serta merasa lebih percaya diri sebagai orangtua.
Dukungan Terhadap ASI
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menyebabkan tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi yaitu karena ibu sibuk bekerja, pendidikan ibu yang rendah, gencarnya periklanan tentang penggunaan susu formula, kurangnya sekresi ASI, adanya persepsi tentang bayi tanpa diberi makanan tambahan akan menjadi lapar serta kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI (Kearney, 1991; Diharjo, 1998).
Namun saat ini sudah semakin banyak ibu bekerja yang menyadari pentingnya memberikan ASI kepada buah hatinya. Terlebih sejak Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menggalakkan kampanye peduli ASI, semakin banyak ibu-ibu muda yang mulai membuka mata tentang pentingnya ASI. Memberikan ASI kini bukan lagi kewajiban yang dengan berat dijalankan. Menyusui adalah kebutuhan ibu dan anak yang akan semakin mempererat ikatan emosional mereka.
Nutrisi ASI yang super lengkap membuat para ibu enggan menyia-nyiakannya begitu saja. Banyak di antara mereka yang menyediakan stok puluhan botol ASI Perah (ASIP) di freezer untuk diminumkan kepada bayinya maupun digunakan untuk membuat Makanan Pendamping ASI (MPASI). Bahkan banyak ibu bekerja yang rela bersusah payah memerah ASI-nya untuk diberikan kepada sang buah hati tercinta. Jarak antara rumah dan tempat kerja tidak lagi menjadi penghalang karena jasa kurir ASI kini relatif mudah didapatkan.
Dukungan untuk ibu menyusui juga semakin bertambah dengan munculnya berbagai aksesoris menyusui seperti nursing apron, pompa ASI serta bantal menyusui. Bahkan di berbagai tempat umum seperti rumah sakit serta perkantoran sudah disediakan ruang laktasi sebagai fasilitas pendukung untuk ibu menyusui. Jadi, kini ibu bekerja tidak perlu lagi mengalami dilema antara menyusui dan tetap berkarir. Say yes to ASI!

tulisan saya yang dimuat di rubrik Perempuan Suara Merdeka cetak