tanyaku padamu


Panah-panah tajam yang kau lesatkan
Seolah kita tak pernah menghirup udara yang sama
Entah sudah berapa banyak celaan
Mengikut di tengah cameo-cameo itu
Bukankah dulu engkau bilang “tunggu”?
Saat hendak kutaruh jari di atas sosok-sosok itu
Engkau merayu berkata “duduk saja membisu”
“Jangan kau turut jiwa-jiwa yang palsu
penikmat mimbar kehormatan tak kenal waktu”
Lihat dirimu sendiri!
Tak malu engkau merangkak di antara ambisi
Malah engkau puja-puji
Amnesiakah engkau?
Duduk saja sendiri dan nikmati
Lenggangku tak patut kau panggil kembali

Lihat Aku

Kenali..
Aku sejak dulu mengerti akan begini
Meski kau tak isyaratkan sejenak
Namun rasa menjerit melesak
Sesak terasa hingga ujung
Mengiris, mengikis, meredam tak kenal ampun
Selalu kutetap langkah
Perahu yang kunaiki tak akan berputar arah
Mungkin tanah impian masih jauh dari angan
Dan…
Perih, luka, kosong telah berkarat mengisi relung