Menahan Arus Jaman

IMG_20180630_102330.jpgDuh, jadi keder membayangkan masa depan anak.
Saya jadi takut mau melepas anak sendirian ke sekolah.
Belum lama kasus serupa juga terjadi di daerah kami, lho.

Gemas, geram, marah luar biasa tentu berkecamuk dalam hati saat mendengar mencuatnya kasus pelecehan dan perkosaan anak. Belum lekang dari ingatan saat dulu pernah heboh kasus Yuyun. Baca lebih lanjut

Main Apa dan Dengan Siapa?

Bismillaah..

Saya muncul lagi, bukan membawa kabar gembira, justru membawa kisah yang menurut saya patut untuk membuat kita mengurut dada. Ya, setidaknya saya. Karena mungkin bagi sebagian orang tua, hal ini dianggap biasa atau bahkan dilupakan begitu saja.

Syok. Terhenyak. Semua perasaan berkecamuk di dalam hati. Mulut kelu hendak berkata. Hanya kedua pasang mata yang mengawasi kegiatan anak-anak itu.

Empat anak lelaki, sedang asyik bermain dengan seorang anak perempuan. Keempatnya masih balita. Entah kenapa tiba-tiba keriuhan itu berhenti. Saya pun yang berada di lantai dua ikut penasaran. Ada rasa penasaran juga, apakah kedua putri saya yang awalnya bermain di ruang tengah ikut bergabung dalam keriuhan itu.

Pemandangan berikutnya membuat saya menganga. Perasaan yang sulit terdefinisikan. Antara marah, kecewa, kesal, takut dan khawatir menjadi satu. Apa pasal? Tiba-tiba si anak perempuan menurunkan celananya dan berjongkok. Pipis di tengah jalan, dan… ditonton oleh keempat anak laki-laki yang ikut berjongkok di depan gadis kecil tadi. Keempatnya ribut berkomentar, kenapa kemaluan gadis kecil itu begitu, dst.. dst.. Setelah selesai, dengan santainya gadis kecil tadi menaikkan lagi celananya dan kembali bermain.

Belum cukup sampai di situ, beberapa saat kemudian, ada anak perempuan melintas kelompok balita tersebut. Tiba-tiba, salah seorang anak laki-laki di antara mereka menghampirinya, merangkul dan mencium pipinya. Luruh rontok rasa hati saya. Sedih luar biasa, sekaligus mengucap syukur. Kesedihan karena anak-anak sekecil itu dilepas bermain tanpa pengawasan orang dewasa sama sekali. Sedih karena satu dua orang teman yang tidak baik mungkin ada di antara mereka yang masih lugu terpaksa jadi tahu. Sedih karena sedikit sekali orang tua di sekitar kami yang mengajarkan tentang aurat kepada anak. Dan bersyukur, karena kedua putri saya tidak melihat kejadian yang baru saja saya lihat.

Wahai orang tua, ajarkanlah adab dan akhlak kepada anak-anak kita. Ajarkanlah menutup aurat sejak dini dan menjaganya dengan baik sehingga mereka menjadi orang-orang yang mulia.

Memprihatinkan. Sungguh. Saat berbondong-bondong para orang tua bekerja keras membanting tulang untuk memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak mereka, tapi hal itu jadi bumerang. Kesibukan kita, menyita sepersekian waktu kita bersama anak-anak. Pendidikan layak yang kita maksudkan, ternyata hanya sampai pada ilmu pengetahuan akademis atau life skill-nya. Tapi di mana kita meluangkan waktu untuk mendidik adab dan akhlak mereka? Apakah kita mengharapkan lembaga pendidikan yang hanya bertemu sekian jam mengajarkan adab dan akhlak pada anak-anak kita? Sementara muatan pelajara lain sudah begitu padatnya.

Baru saat ada kejadian di antara anak-anak kita, para orang tua ribut meminta pertanggung jawaban lembaga pendidikan dan menganggap mereka lalai. Padahal mendidik adalah tugas dan tanggung jawab orang tua. Kelak, di hari akhir kita akan ditanya tentang amanah kita, salah satunya tentang pendidikan anak. Apakah kita sudah melaksanakan tugas mendidik anak dengan maksimal? Ataukah kita lalai dan bersantai, menganggap tanggung jawab kita kepada anak-anak hanya sekedar mencukupi kebutuhan lahiriahnya saja dan mengabaikan kebutuhan ruhaninya pun ruhiyahnya? Mengisi hati anak-anak kita dengan kecintaan kepada Allah Ta’ala dan membimbing mereka untuk memiliki adab dan akhlak yang mulia.

Karena, kalaupun ada anak yang durhaka, orang tua pun bisa durhaka. Mengabaikan pendidikan adab, akhlak dan agama anak-anak kita sehingga menjadi sebab tidak berbaktinya mereka kepada kita, merupakan salah satu sebab kedurhakaan orang tua kepada anak. Karena kedurhakaan anak berlatar belakang lalainya paa orang tua dalam mendidik, di samping semua itu merupakan takdir Allah Ta’ala. Semoga anak-anak kita menjadi anak shalih yang akan menjadi ladang pahala yang terus mengalir saat kita sudah tiada lagi di dunia ini.

Gaduh Pendidikan Ala Emak

image

Sudah lama bersosial media, saya banyak menyimak kegalauan para orang tua tentang pendidikan anak-anak mereka. Ada yang bingung di usia berapa anak-anak mereka harus mulai bersekolah. Ada pula yang mencerca pola pendidikan di tanah air yang dinilai tidak ramah dengan psikologis anak. Akhirnya, homeschooling yang dulunya tidak banyak yang menggandrungi, kini mulai tumbuh subur bak jamur di musim penghujan. Seminar-seminar positive parenting pun semakin banyak penggemarnya dan marak di berbagai kota.

Baca lebih lanjut