Cinta Karena Apa?

image Duduk di pelaminan, bersanding dengan sosok pilihan, adalah sebuah impian yang ingin diraih oleh semua orang. Merajut mimpi, membayangkan mahligai indah yang akan selalu dihias bahagia. Tidak ada yang berharap mahligainya hanya akan berlabuh sementara bahkan ingin membuatnya karam. Namun apa daya, untuk mengokohkan mahligai tak jarang harus tahan digoyang ombak ke kanan atau ke kiri. Pernikahan yang kokoh bukan semata berasaskan cinta dan dunia.


Lebih agung lagi adalah dilandasi hubungan vertikal dengan Allah Ta’ala. Cinta karena dunia seperti harta, rupa dan tahta sangat mudah sirna dan gampang kandas karena ujian tak seberapa. Harta bisa lenyap, kerupawanan dapat terkikis waktu, sedangkan kedudukan dapat hilang dalam sekejap. Namun cinta karena Allah akan senantiasa bertahan karena keduanya mencintai atas dasar kecintaan Allah kepada kebaikan dalam diri mereka. Cinta seperti inilah yang akan bertahan lama.

Cinta itu mudah tumbuh karena Allah, dan mudah sirna karena dunia. Seperti kisah sepasang insan yang baru bertemu pertama kalinya dalam pernikahan. Namun ternyata hati keduanya langsung terpagut mesra tanpa syarat. Karena apa? Sebab mereka menikah karena ingin menjaga kehormatan dan agamanya. Sehingga mereka berusaha selalu membuat masing-masing pasangannya ridha akan setiap perilaku mereka. Mereka memang bisa jadi baru bertemu sekejap mata, namun usaha mereka menjaga agamanya tersebut yang menautkan hati mereka. Tidak perlu cinta untuk menikah, karena cinta itu bisa dipupuk.

Menikah karena dunia, mungkin akan membuat sengsara. Memaksa diri menjadikan pasangan sebagaimana standar hati. Jika gagal? Sakit hati yang ditemui. Hasilnya? Ada yang sampai permak wajah sana-sini. Bahkan hingga gantung diri. Seperti kisah seorang pemuda yang jatuh cinta pada seorang wanita supel rupawan. Namun seiring waktu tersingkap sudah bahwa cintanya tak mampu membendung pengkhianatan sang wanita. Hartanya bahkan ketiga buah hati mereka tak sanggup menjadi pencegah kenistaan itu terjadi. Akhirnya perceraian pun menanti. Dan cintanya? Musnah berganti benci.

Menjaga biduk agar melaju tenang bukanlah perkara mudah. Butuh saling pengertian. Terkadang kita harus belajar menahan diri. Bisa jadi kita ditempatkan dalam pihak yang keliru namun kita harus mengalah agar tercipta keharmonisan. Namun bukan berarti hidup dalam kepalsuan, karena komunikasi harus selalu tercipta mesra. Komunikasi, kejujuran dan saling pengertian adalah kunci keharmonisan rumah tangga.

Kenalilah pasangan, sebelum kita menuntut pasangan mengerti kita. Bisa jadi pasangan kita adalah tipe suami yang cuek dan simpel, maka jangan memaksanya untuk menjadi romantis melankolis. Berharap dia memberikan hadiah kejutan diiringi ucapan cinta mungkin juga bukan tipenya. Bisa jadi baginya cinta cukup ditunjukkan dengan meringankan tugas istrinya. Bahkan mungkin baginya cinta itu adalah perasaan yang tidak perlu diekspresikan namun cukup diwujudkan dalam bentuk mendampingi kekasih hati. Jadi, kenalilah cintamu agar engkau semakin dicintai.

8 pemikiran pada “Cinta Karena Apa?

Tinggalkan Balasan ke Pakde Cholik Batalkan balasan